Menyambung
artikel sebelumnya yang berjudul Sejarah Singkat Perkembangan Solo Sebagai Kota Pariwisata. Dalam artikel kali ini saya menguraikan hasil pengamatan dan studi
kepustakaan yang saya lakukan mengenai strategi pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Solo dan stakeholder pariwisata lainnya di Kota Solo. Artikel
ini saya ambil dari paper tugas kuliah saya yang berjudul Manajemen Strategi
Pengembangan Pariwisata Solo.
Kota
Solo sudah sejak lama dikenal sebagai sebuah kota pariwisata. Namun, dalam hal
pengelolan pariwisatanya, kota ini bisa dibilang cukup tertinggal apabila
dibandingkan dengan kota tetangganya, Yogyakarta. Padahal potensi wisata yang
dimiliki Solo sebenarnya cukup bisa bersaing dengan Yogyakarta. Apalagi kedua
kota tersebut memiliki sejarah yang sangat erat dan corak budaya yang hampir sama.
Menyadari hal tersebut, Walikota Solo periode 2005-2012, Joko Widodo (Jokowi) melakukan
sejumlah gebrakan untuk mendongkrak jumlah wisatawan dan memantapkan posisi
Solo sebagai destinasi wisata utama.
Langkah-langkah
pengembangan pariwisata Solo memang terllihat semakin nyata pada era
kepemimpinan Joko Widodo. Sebagai seorang pengusaha yang telah lama
berkecimpung di dunia bisnis, Jokowi memahami prinsip-prinsip memasarkan sebuah
produk ke konsumen. Dengan prinsip-prinsip itu, Jokowi pun memperlakukan Kota
Solo sebagai sebuah produk yang harus dikelola sehingga mampu menjadi Kota yang
memiliki daya kompetitif di mata masyarakat. Untuk mewujudkan itu, Kota Solo
tidak saja melakukan branding strategy namun yang juga tidak kalah penting
adalah memersiapkan fasilitas, sistem serta sarana dan prasarana agar
Kota Solo betul-betul menjadi kota yang maju dengan tetap memertahankan
keunikan dan kekayaan budaya
Pemerintah
Kota telah menerapkan makro desain dalam pengembangan pariwisata. Makro desain
ini adalah sinergisitas antara tiga unsur penting yang meliputi manajemen
produk, manajemen branding, dan manajemen konsumen. Ketiga komponen tersebut harus saling
bersinergi dan melengkapi satu sama lain secara proporsional. Berhubung materi
yang saya tulis cukup panjang, dalam kesempatan kali ini saya hanya akan
membahas salah satu strategi saja, yakni manajemen produk.
Manajemen
Produk
Manajemen produk merupakan proses
pengelolaan dan penyiapan dari objek wisata, baik objek wisata itu sendiri
maupun sarana pra sarana lain yang mendukungnya. Pemerintah Kota Solo telah memoles sejumlah
produk wisata lama agar menjadi lebih menarik untuk dikunjungi. Seperti yang
terlihat di Kampung Batik Laweyan misalnya, dengan penambahan detail dan
pernak-pernik tertentu, seperti lampu kuno, traffic calming, dan lain sebagainya,
kesan sebagai sebuah destinasi wisata tampak lebih kuat terasa dibandingkan
sebelumnya.
Kampung Batik Laweyan
Sumber gambar: cahangonsolo.blogspot.com
Dalam
melakukan manajemen produk ini, Pemerintah Kota tidak hanya terpaku pada objek
wisata yang eksisting saja, tetapi juga menelurkan inovasi baru agar daya tarik
wisata Solo lebih beraneka ragam dan tidak membosankan. Salah satu yang tidak
kalah pentingnya adalah pengembangan atraksi wisata. Atraksi wisata merupakan
faktor yang paling menentukan yang akan menarik wisatawan. Atraksi merupakan
penyebab pertumbuhan dan yang pertama kali menarik pengunjung ke suatu objek
wisata, sehingga pembangunannya cenderung dikembangkan terlebih dahulu. Atraksi
wisata dikembangkan, direncanakan dan dikelola untuk kepentingan aktivitas dan
kesenangan pengunjung.Atraksi wisata selain menarik dan baik juga harus memiliki
ciri khas atau berbeda dari tempat asal wisatawan, mengingat wisatawan
berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata ingin melihat sesuatu yang belum
pernah dia ketahui atau yang tidak ada di tempat asalnya.
Sebelumnya
Kota Solo mengandalkan situs-situs budaya dan atraksi budaya yang telah lama
menjadi kegitatan rutin tahunan, antara lain sebagai berikut
Keraton Kasunanan
Situs
Budaya
·
Keraton Kasunanan
·
Keraton Mangkunegaran
·
Museum Radyapustaka
·
Museum Batik Kuno Danarhadi
Atraksi
Budaya
·
Kirab Malam 1 Suro
·
Sekaten
·
Grebeg Mulud, Grebeg Sawal
·
Jumenengan SISKS Pakubuwana
Taman Sriwedari
Sumber gambar: panoramio.com
Situs Lain
·
Kebun Binatang Jurug
·
Taman Sriwedari
·
Pasar Klewer
Adapun
produk-produk wisata baru yang diciptakan atau direvitalisasi antara lain
Situs Baru
· Taman Balekambang, dulunya merupakan
tempat rekreasi keluarga Mangkunegara. Sempat digunakan sebagai pemukiman liar
dan dikembalikan fungsinya sebagai tempat wisata.
·
Kampung Batik Laweyan
·
Kampung Batik Kauman
·
Museum Keris
Solo International Performing Art
Sumber gambar: en.tempo.co
Atraksi
Wisata
·
Sepur Kluthuk Jaladara
·
Bus Tingkat Werkudara
·
Gladag Langen Bogan
·
Ngarsopuro Night Market
·
Solo International Ethnic Music (SIEM)
·
Solo Batik Carnival (SBC)
·
Solo Batik Fashion
·
Solo International Performing Arts
(SIPA)
·
Solo Menari
·
Solo Keroncong Festival
·
Solo City Jazz
·
Rock in Solo
·
Festival Film Solo
·
Bengawan Solo Gethek Festival
·
Grebeg Sudiro
·
dan masih banyak lagi
+ comments + 5 comments
solo banyak warisan budaya nya yah
Iya, hhe...
Karena Solo bersama Yogyakarta menjadi pusat Kerajaan Mataram yang merupakan penerus kekuasaan di tanah Jawa dari kerajaan-kerajaan sebelumnya. Sehingga sampai sekarang 2 kota itu menjadi pusat kebudayaan Jawa.
Terima kasih atas ilmu yang anda bagikan
Info yang bagus
Website yang sangat menginspirasi, teruslah untuk mengembangkanya
Posting Komentar
Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)