Pages

Jumat, 28 Januari 2011

Gejolak Politik Tiada Henti


Akhir-akhir ini berita hukum dan politik selalu menghiasi media massa di tanah air, baik media cetak maupun elektronik. Dua hal itu memang seakan menjadi topik terseksi  saat ini. Sesekali muncul berita-berita kontroversial yang mengundang banyak orang untuk berkomentar, mulai dari para elit politik di DPR hingga rakyat biasa, mulai dari warteg sampai forum-forum di dunia maya seringkali menjadi tempat asyik untuk berdebat masalah itu. Bicara masalah politik memang seperti tak berujung pangkal, bisa jadi sangat panjang dan tak ada habisnya.
Satu keprihatinanku saat ini adalah banyak di antara para elit politik di negeri kita ini  justru suka memperburuk keadaan. Satu hal kecil yang sebenarnya tak usah terlalu diperhatikan justru terus menggelinding menjadi bola liar yang membuat dunia politik negeri ini terus bergolak. Satu masalah belum selesai muncul lagi masalah baru yang tak kalah ramainya. Akibatnya kita justru tidak fokus bagaimana melakukan jurus jitu untuk memajukan bangsa ini, energi kita justru terkuras untuk memikirkan kasus demi kasus yang setiap hari selalu datang silih berganti. Memang tak dapat dipungkiri kalau para elit ini punya kepentingan di balik ini semua.
Masalah Gayus Tambunan menjadi topik terpanas dalam beberapa bulan terakhir ini. Kelihaian Gayus ‘mengobok-obok’ sistem hukum tentu telah membuat hati rakyat terluka. Kasus ini telah membuat reputasi aparat penegak hukum benar-benar jatuh. Kepolisian dan kejaksaan yang seharusnya menjadi corong dalam penegakkan hukum justru ditengarai menjadi sarang para mafia hukum. Hal ini pula yang menurunkan kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah saat ini. Pemerintah dianggap gagal memberantas korupsi yang seperti sudah mengakar kuat di negeri ini. 
 
www.m.politikana.com
Parahnya, ketidakpercayaan masyarakat itu juga berimbas pada hal-hal lain yang berbau pemerintah. Ada sedikit hal yang kurang baik, langsung saja ditanggapi dengan panas, para elit politik pun sangat pintar memainkan kasus-kasus seperti ini. Apa yang dikatakan oleh para elit ini tentu akan langsung menyebar dan mewarnai pemberitaan di berbagai media massa. Yang cukup disayangkan adalah adanya sejumlah media massa yang tidak netral dalam melakukan pemberitaan lantaran dimiliki oleh elit politik tertentu. Bisa kita simak, apa masalah-masalah yang dibahas dan siapa-siapa saja yang diundang untuk menjadi narasumber. Seringkali orang yang sama akan muncul kembali. Jika di channel ini si A yang sering muncul maka di channel yang satunya si B yang selalu muncul. Parahnya narasumber ini terkadang muncul sendirian dan mengungkapkan segala permasalahan dari sudut pandangnya sendiri. Padahal masalah politik, hukum, dan ekonomi yang sering menjadi topik bahasan bukanlah ilmu pasti, jadi apa yang mereka katakan tidak dapat dijadikan sebagai pengukur kebenaran.
Ketika ada kabar buruk yang terjadi maka ramai-ramai para elit politik dan pengamat mencerca pemerintah yang tidak pecus mengelola negara. Stasiun televisi berlomba-lomba menampilkan wawancara dengan para pengamat yang membahas ini jelek itu jelek harusnya begini harusnya begitu. Ketika ada kabar baik tentang bangsa ini, misalnya pertumbuhan ekonomi 6% atau cadangan devisa naik di atas US$ 90 maka ramai-ramai pula para pengamat akan menyatakan bahwa ini kemajuan semu, pemerintah hanya melihat pada angka-angka dan tidak melihat kondisi riil yang sebenarnya. Ada satu pertanyaan yang terbesit di hati saya, apakah ukuran yang dapat dipakai untuk menyatakan keberhasilan di bidang ekonomi jika bukan dengan angka-angka. Karena dengan angka-angka itulah kita bisa secara objektif melakukan penilaian. Jika diharuskan rakyat menjadi sejahtera serta kemiskinan dan pengangguran turun, tentunya kita juga akan berbicara angka-angka lagi.
Mari kita sejenak mengingat pelajaran kita sewaktu SD, ketika kita bermusyawarah maka kita harus menerima dan menjalankan hasil musyawarah itu meskipun kita sebenarnya memiliki pendapat yang berbeda. Lalu coba kita ingat ketika digelar pilpres pada 2009 lalu. Pilpres merupakan sebuah musyawarah besar yang melibatkan seluruh rakyat di negeri ini. Ketika pemilu digelar kita boleh mendukung si ini ataupun si itu. Namun, ketika pemilu telah menghasilkan sebuah keputusan, bukankah kita harus melaksanakannya dengan baik. Ketika pilpres lalu saya memilih pasangan nomor tiga, eh..ternyata SBY yang menang. Maka semenjak MPR melantiknya, SBY adalah presiden yang harus kita dukung. Jika ada kekurangan atau kesalahan tentu kita boleh memberikan kritik dan saran yang membangun. Jika ada keberhasilan yang dicapai, maka sudah sepantasnya kita memberikan apresiasi padanya. Jika dulu Anda golput, maka sebenarnya Anda tidak berhak untuk berteriak-teriak menginginkan perubahan, toh Anda sendiri yang tak mau ikut andil dalam perubahan.
Sekarang coba kita lihat kondisi saat ini. Sebagian elit politik seakan mencari-cari kesempatan untuk melakukan pemakzulan terhadap presiden. Mereka seolah senang kalau gonjang-ganjing politik terus terjadi. Bukankah kondisi kita saat ini masih cukup lumayan, ekonomi kita tak seburuk tahun 1998 yang lalu, bahkan ekonomi kini cukup stabil. Ada pula perkembangan yang menggembirakan, tapi kenapa kabar-kabar ini tak begitu diperhatikan. Memang kabar-kabar buruk yang memicu kontroversi lebih asyik dibahas dan diberitakan.  Lalu, kapan kita konsentrasi untuk membangun? Kapan kita duduk bersama untuk mencari cara mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara tetangga? Ketika ada program kreatif yang dimunculkan, buru-buru para elit dan pengamat komentar yang enggak-enggak. Yang belum siaplah, yang belum perlulah, masih ada yang lebih pentinglah, dan lain-lain. Lalu… apa yang bisa mereka tawarkan?
 
www.tempointeractive.com
Pemakzulan presiden tentu akan berdampak besar bagi negeri ini. Masih terbayang jelas di benak saya bagaimana situasi Indonesia ketika Presiden Soeharto lengser pada tahun 1998 dan beberapa tahun setelahnya. Saat itu krisis ekonomi semakin memburuk, kerusuhan berbau sara muncul di berbagai daerah, disintegrasi bangsa mengancam, dan masih banyak lagi. Bukannya saya tidak mendukung reformasi, tapi tidakkah kita berpikir bahwa situasi saat ini masih lebih baik daripada dulu. Apakah kita akan mengorbankan kondisi stabil ini hanya gara-gara tidak suka pada presiden? Ongkos sosial yang harus ditanggung terlalu besar jika dibandingkan hasil yang didapat. Toh belum tentu yang akan menggantikan SBY lebih bagus dalam memimpin bangsa. Lihatlah sisi-sisi lain bangsa ini yang seakan tenggelam dalam riuhnya berita hukum dan politik. Masih banyak kabar baik untuk kita. Negara ini bukanlah negara yang gagal.


Selasa, 18 Januari 2011

Mengenal Para Penyusun Hadits


Dalam agama Islam, ada begitu banyak pedoman yang mengatur kehidupan para penganutnya. Tak hanya dalam hal urusan ibadah pada Allah, tapi juga seluruh aspek kehidupan, seperti ekonomi, hukum, harta waris, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Alhadits menduduki tempat kedua setelah Alquran. Berhubung sebagian isi Alquran merupakan pedoman-pedoman yang disebutkan secara garis besar, maka Alhaditslah yang merinci pedoman-pedoman dalam Alquran tersebut sehingga dapat diamalkan dengan mudah oleh kaum muslimin.  
Secara bahasa, hadits berarti cerita,sedangkan secara istilah, hadits berarti segala perkatan, perbuatan, dan tindak tanduk Nabi Muhammad SAW.  Saat ini kita mengenal berbagai macam kitab hadits yang begitu banyak jumlahnya. Namun, dari sekian banyak itu, ada enam hadits yang menjadi rujukan utama, yakni hadits-hadits yang disusun oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’I, Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Apakah anda sudah mengenal mereka? Nah, dalam artikel ini saya mengajak anda semua untuk sedikit tahu tentang para penyusun hadits ini. Semoga saja setelah Anda membacanya, akan muncul keinginan untuk meneladani semangat mereka dalam mencari dan melestarikan ilmu agama ini. Sumbernya seperti artikel saya sebelumnya, yakni dari buku agenda saya.
1.       Imam Bukhori (Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin  Al Mughirah Al Bukhari)
Imam Bukhari lahir di Bukhara (sekarang wilayah Uzbekistan) pada tahun 194 H/810 M dan wafat di Hartank, salah satu pedesaan di Samarkand pada tahun 256 H/870 M. Imam Bukhari adalah seorang ilmuwan muslim dan penghafal hadits Rasulullah SAW. Buku-buku yang ditulisnya ialah Aljami’ Ashshahih, yang dikenal dengan nama Shahih Altarikh, dan Adhdhuafa’ yang keduanya menjelaskan tentang para periwayat hadits. Pada tahun 210 H beliau melakukan perjalanan panjang untuk mencari hadits. Beliau mengunjungi Khurasan, Irak, Mesir, dan Syam (Syiria). Imam Bukhari belajar hadits dari 1.000 orang guru dan mengumpulkan sekitar 600 ribuan hadits. Dari jumlah tersebut, beliau memilih hadits-hadits yang perowinya shahih saja untuk ditulis dalam kitab shahihnya. Dalam kitabnya tersebut terdapat 7.562 hadits.
 
Masjid di kota Bukhara. www.culturexpeditions.com
2.       Imam Muslim (Muslim bin Alhajjaj bin Muslim Alqusyairi Annaisaburi)
Imam Muslim lahir di Naisabur, Iran pada tahun 204 H/820 M dan wafat di pinggiran kota Naisabur pada tahun 261 H/875 M. Beliau melakukan perjalanan ke Hijaz, Mesir, Syam, dan Irak. Kitab Shahih Muslim merupakan salah satu karyanya yang paling terkenal, di antara karyanya yang lain ialah Almusnad Alkabir (mengenai derajat para periwayat hadits), Aljami’ (disusun per bab), Alkina wa Alasma, Alafrad wa Alwildan, Tasmiyah Syuyukh Malik wa Syu’bah, Kitab Almukhadhramin, dan Kitab Aulad Ashshahabah. Jumlah hadits yang terdapat dalam buku Shahih Muslim sebanyak 3.033 hadits, setelah dilakukan penyisihan terhadap hadits yang berulang.
3.       Imam Abu Dawud (Sulaiman bin Alasy’ats bin Ishaq bin Basyir Alazdi Assijistani)
Imam Abu Dawud lahir di Sijistan, Afghanistan pada tahun 202 H/817 M. Beliau merupakan imam ahli hadits pada zamannya. Beliau melakukan pengembaraan panjang untuk mencari ilmu hingga akhirnya wafat di Basrah, Irak pada tahun 275 H/889 M. Kitabnya, Assunan merupakan salah satu dari enam kitab hadits rujukan yang menghimpun 5.232 hadits yang merupakan pilihan dari 500 ribu hadits miliknya. Kitab-kitabnya yang lain adalah Kitab Azzuhd, Al Ba’ts(artikel), Tasmiyah Alikhwah(artikel), dan Akhbar Abi Dawud yang disusun oleh Imam Aljuludi.
4.       Imam Nasa’I (Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar)
Imam Nasa’I lahir di Nasa’I, Turkmenistan pada tahun 215 H/830 M  adalah penulis Kitab Assunan (Annasa’i). beliau pernah menjelajahi negerinya hingga akhirnya menetap di Mesir. Pengembaraannya bertujuan mencari para ahli ilmu di setiap tempat yang didatanginya. Lalu melanjutkan pengembaraannya ke Ramala, sampai akhirnya wafat dan dimakamkan di Baitul Maqdis pada tahun 303 H/915 M. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa beliau wafar di Mekah saat menunakan ibadah haji. Kitab-kitabnya adalah Assunan Alkubra (di bidang hadits), Almujtaba (yang dikenal juga dengan Assunan Ashshughra), Adhdhu’afa wa Almatrukun (di bidang periwayat hadits), Khashaish Ali, Musnad Ali, dan Musnad Malik. Dalam kitab sunannya termuat 5.769 hadits.
5.       Imam Tirmidzi (Muhammad bi Isa bin Saurah bin Musa Assilmi Albughi Attirmidzi)
Imam Tirmidzi lahir di Tirmidz, Uzbekistan pada tahun 209 H/824 M dan wafat di Tirmidz pada tahun 279 H/892 M. Beliau adalah salah seorang imam ulama hadits sekaligus penghafal hadits. Imam Tirmidzi belajar dari Imam Bukhari dan beberapa guru Imam Bukhari. Beliau mengembara ke Khurasan, Irak, dan Hijaz. Meski mengalami kebutaan di akhir masa hidupnya, beliau tetap dijadikan teladan dalam penghafalan hadits. Di antara buku-buku karangannya adalah Aljami’ Alkabir yang kemudian terkenal dengan Shahih Attirmidzi (di bidang hadits) Asysyamail Annabawiyyah, Altarikh, dan Allal (di bidang hadits). Konon, kitab Sunannya memuat 3.956 hadits.
6.       Imam Ibnu Majah (Muhammad bin Yazid Arrab’I Alqazwaini)
Imam Ibnu majah lahir di Qazwain, Iran pada tahun 209 H/824 M dan wafat pula di Qazwain pada tahun 273 H/887 M. Beliau adalah salah seorang pemuka ilmu hadits, dan merupakan penduduk asli Qazwain (sebelah barat laut kota Teheran). Beliau mengembara ke Basrah, Baghdad, Syam, Mesir, Hijaz, dan Ray untuk mencari hadits. Buku-buku yang disusunnya adalah Sunan Ibnu Majah, yang merupakan salah satu dari enam kitab hadits rujukan, Tafsir Alquran, dan Tarikh Alqazwain. Dalam kitab sunannya terdapat 4.341 hadits dan 3.003 haditsnya juga terdapat pada lima kitab hadits rujukan sebelumnya.

Minggu, 16 Januari 2011

Sulitnya Bersyukur


Bersyukur adalah suatu hal yang tampaknya mudah dikatakan tapi dalam prakteknya ternyata tak semudah teorinya. Bersyukur dapat diamalkan dengan hati kita, yakni  dengan merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah berikan, bisa pula lewat ucapan seperti Alhamdulillah dan ucapan-ucapan syukur lainnya. Bisa pula rasa syukur diwujudkan dalam perbuatan kita. Misalnya saja, kita di-qodar oleh Allah jadi orang kaya, maka sebagai rasa syukur kita, kita memperbanyak infak dan sedekah. Ketika kita sudah terbiasa mendapatkan suatu kenikmatan dalam hidup kita, seringkali kita lupa bahwa apa yang kita nikmati itu semuanya berasal dari Allah. Kita terkadang lupa bahwa kita sebenarnya punya banyak hal dan kelebihan yang dapat dibanggakan. Namun, justru seringkali kita merasa kurang, karena apa yang kita miliki belum sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Merasa kurang bisa jadi membawa dampak positif, misalnya nilai di sekolah pas-pasan atau penghasilan masih kurang cukup, lalu kita terpacu untuk berusaha keras demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, merasa kurang bisa pula membawa dampak negatif dan mengakibatkan rasa syukur menghilang. Misalnya, Allah meng-qodar kita menjadi orang miskin atau memiliki fisik kurang sempurna, atau pun wajah yang jauh dari kesan cakep, sekedar bil ma’ruf saja, hehehe. Akhirnya kita selalu merasa kurang, tidak berharga, minder, ngiri sama teman-teman yang lain, atau bisa jadi menyalahkan Allah, kenapa nasib saya jadi orang kayak gini? Lama-lama hidup malah jadi sengsara. Bahkan saya pernah membaca suartu artikel yang menyebutkan bahwa rasa minder, merasa kurang ganteng, kurang pintar, kurang maskulin, dan kurang-kurang yang lain-lainnya bisa menyebabkan seorang laki-laki merasa dirinya tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Akhirnya ia ‘mengidolakan’ laki-laki lain yang tampak lebih sempurna daripada dia. Akhirnya, lama-kelamaan bisa jadi homo. Nah..lhoh... ternyata parah amat ya akibat dari nggak bisa bersyukur.

 
http://mcdin.net
Dalam artikel ini, saya menyalin sebuah kisah dalam buku agenda saya. Kisah ini ada di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Kisah ini menceritakan tentang tiga orang di masa lalu yang dicoba rasa kesyukurannya oleh Allah. Dari cerita ini kita dapat mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur.
 Abu Huroiroh telah mendengar Nabi bersabda, dulu ada tiga orang dari Bani Israil, yang satu belang, yang satu lagi botak, dan yang ketiga buta. Ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus seorang malaikat yang menyamar sebagai seorang manusia. Maka datanglah malaikat itu pada orang yang belang dan bertanya, “Apakah yang kau inginkan?” Si belang menjawab, “Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik pada saya.” Lalu malaikat mengusapnya dan seketika itu juga hilanglah penyakitnya, kulit dan rupanya pun berubah menjadi bagus. Kemudian malaikat bertanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Si belang menjawab, “Unta.” Maka ia pun diberi oleh malaikat seekor unta yang bunting sambil didoakan, “Baarokallahu laka fiiha.” (Semoga Allah memberi berkah padamu dalam kekayaanmu itu).
Malaikat lalu mendatangi orang yang botak dan bertanya kepadanya, “Apakah yang kau inginkan?” Si botak menjawab, “Rambut yang bagus dan hilangkan penyakit saya yang menyebabkan kehinaanku dalam pandangan orang.” Maka malaikat pun mengusapnya, seketika itu juga tumbuh rambut yang bagus. Kemudian ia ditanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Ia menjawab,”Lembu.” Lalu malaikat memberinya seekor yang bunting, sambil mendoakan, “Baarokallahu laka fiiha.”
Malaikat kemudian mendatangi orang yang buta. Malaikat pun bertanya padanya, “Apa yang kau inginkan?” Si buta menjawab, “Kembalinya penglihatan mataku, supaya saya dapat melihat orang. Maka malaikat mengusapnya, segera si buta membuka matanya dan iapun dapat melihat. Lalu malaikat bertanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Ia menjawab, “Kambing.” Maka malaikat pun memberinya seekor kambing yang bunting sambil mendoakan,“Baarokallahu laka fiiha.”
Setelah beberapa tahun, ketiga orang tersebut telah menjadi orang kaya, mereka memiliki lahan yang dipenuhi oleh gembalaan mereka masing. Maka datanglah malaikat tadi pada si belang dalam bentuk seorang yang miskin seperti keadaan si belang pada masa lalu. Malaikat berkata, “Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalanan saya ini, maka tiada yang dapat mengembalikan saya kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuanmu. Maka saya mengharap demi Allah, Allah yang telah memberi rupa dan kulit yang bagus padamu, satu unta saja untuk meneruskan perjalananku ini.” Si belang menjawab, “Hak-hak orang masih banyak, saya tidak dapat memberimu apa-apa, minta saja di lain tempat.” Berkatalah malaikat, “Saya seolah-olah pernah tau padamu, tidakkah kau ini dulu orang yang belang dan dijijiki orang, juga seorang miskin, lalu dengan kemurahan-Nya Allah memberimu kekayaan?” Ia menjawab, “Aku telah mewarisi kekayaan ini dari orang tuaku.” Lalu malaikat berkata, “Jika kau berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti yang dulu.”
Malaikat lalu mendatangi si botak dengan menyamar seperti keadaan si botak pada masa lalu. Malaikat pun berkata seperti halnya yang ia katakan pada si belang. Namun, jawaban yang diterima dari si botak sama dengan jawaban dari si belang. Hingga malaikat pun berkata, “Jika kau berdusta, semoga kau kembali sebagaimana keadaanmu dulu.
Akhirnya, datanglah malaikat pada si buta dengan menyamar seperti keadaan si buta di masa lalu. Malaikat berkata, “Saya ini seorang yang miskin dan orang rantau yang telah putus hubungan dalam perjalanan, saya tidak dapat meneruskan perjalanan saya ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuanmu. Saya minta demi Allah yang mengembalikan pandangan matamu, satu kambing saja untuk meneruskan perjalan saya ini.” Si buta menjawab,”Dahulu saya memang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Sekarang, ambillah sesukamu, saya tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang kau ambil karena Allah.” Maka malaikat berkata, “Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu telah diuji, maka Allah telah ridho padamu dan murka pada kedua temanmu.”  

Jumat, 14 Januari 2011

Wajah Transportasi Jakarta


Macet, itulah yang terjadi setiap hari di ibu kota Jakarta. Banyaknya fasilitas, investasi, dan perputaran uang di Jakarta telah memikat orang-orang dari berbagai pelosok nusantara untuk berbondong-bondong datang mengadu nasib ke Jakarta.  Alhasil, Jakartapun semakin penuh sesak dengan manusia. Pemasalahan yang muncul pun semakin kompleks dan rumit, mulai dari kemacetan, banjir, kriminalitas, PKL, hingga  masalah-masalah perkotaan lainnya yang sepertinya sangat sulit untuk diatasi. Dengan luas wilayah  Jakarta sekitar 661 km2 kini disesaki oleh kurang lebih 9,5 juta jiwa  penduduk. Belum lagi dengan para penglaju dari Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi yang tiap harinya masuk memenuhi Jakarta. Jakarta bersama daerah penyangganya kini masuk dalam jajaran  sepuluh besar kota dengan jumlah penduduk terbanyak sedunia.
                Masalah kemacetan seringkali menjadi topik bahasan dalam berbagai perbincangan, tapi hingga saat ini belum ada yang sanggup untuk memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan ini, paling tidak untuk mengurangi kemacetan yang terjadi tiap hari di berbagai sudut ibukota, terutama pada jam-jam sibuk, seperti  berangkat dan pulang kerja. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misanya kini telah dilakukan perubahan jam masuk sekolah menjadi lebih pagi, yakni pukul 6.30 agar siswa-siswa sekolah tidak berangkat ke sekolah bersamaan dengan waktu para pekerja berangkat ke tempat kerjanya. Kemudian beberapa waktu yang lalu Pemprov DKI Jakarta juga kembali menghembuskan kabar akan adanya pembedaan jam masuk kerja untuk lima wilayah di ibukota , sehingga diharapkan kemacetan akan terpecah . Akan tetapi, wacana tersebut sampai sekarang belum terealisasi, padahal wacana itu sebenarnya sudah sejak lama dilemparkan kepada publik.Selain menempuh kebijakan-kebijakan itu, Pemprov DKI Jakarta telah lama merencanakan pembangunan sarana angkutan umum massal untuk mengurangi para pengguna kendaraan pribadi yang setiap harinya selalu bertambah. Namun, rencana tinggallah rencana. Hingga saat ini proyek subway dan monorel masih belum jelas kapan akan dimulai. Memang setiap ada perencanaan pembangunan infrastruktur di negeri ini hampir dapat dipastikan bahwa pelaksanaannya akan molor dari waktu yang telah direncanakan sebelumya. Proyek waterway yang pernah diluncurkan beberapa waktu lalu kurang diminati masyarakat lantaran sungai-sungai di Jakarta yang bau dan mambawa sampah di sana-sini. Jadilah proyek busway menjadi satu-satunya proyek angkutan umum massal yang telah dijalankan oleh Pemprov DKI. 
 
http://www.rakyatmerdeka.co.id
Kini sudah ada sepuluh koridor dari lima belas koridor busway yang direncanakan. Namun, sekarang patut kita pertanyakan apakah proyek busway ini benar-benar telah mengurangi kemacetan di Jakarta. Keberadaan busway yang mencaplok satu jalur jalan dituding justru menambah kemacetan. Baru-baru ini busway koridor IX dan X diluncurkan, dan yang terjadi justru kemacetan di jalur-jalur yang dilaluinya bertambah parah.  Memang harapannya pengguna kendaraan pribadi akan beralih menggunakan bus transjakarta yang bisa melaju di tengah kemacetan itu, tapi apakah kenyataannya kini telah sesuai dengan tujuan semula?  Selain membangun busway, Pemprov DKI seharusnya lebih serius lagi memikirkan kendaraan feeder bagi para penumpang yang tidak memiliki akses langsung terhadap bus transjakarta. Meskipun kini busway telah memiliki sepuluh koridor, tetapi sebagian besar warga tak dapat langsung naik busway lantaran rumahnya jauh dari halte busway yang ada.
Posisi kendaraan feeder menjadi strategis karena peran pentingnya sebagai pengumpan penumpang. Bayangkan saja, sebagian besar trayek busway berada di tengah kota, sementara warga yang berasal dari daerah pinggiran dan penyangga tentu hanya akan menggunakan sarana transportasi yang melewati lingkungan tempat tinggal mereka. Kondisi yang terjadi kini, untuk dapat sampai ke tempat tujuan di pusat kota, para  warga pinggiran ini harus bergonta-ganti moda transportasi, selain ongkos yang dikeluarkan banyak, kena macet pula. Sementara kondisi sebagian besar bus-bus kota di Jakarta masih jauh dari kesan nyaman. Seperti dapat dilihat di jalanan ibukota, bus-bus tua masih ‘menghiasi’ jalan-jalan di Jakarta. Selain busnya kurang nyaman, setiap jam sibuk  bus-bus itu selalu penuh sesak dengan para penumpang. Tentu saja bos-bos anti menggunakannya. Jangankan para bos, orang-orang biasa pun banyak yang lebih memilih menggunakan motor untuk bepergian. Selain lebih murah dan tidak perlu bergonta-ganti bus, juga karena pengguna motor dapat sampai ke tujuannya lebih cepat.
Memang saat ini Pemprov DKI  telah merencanakan perubahan sejumlah trayek bus kota menjadi feeder busway, tetapi perlu juga diperhatikan kenyamanan penumpang yang akan menggunakannya. Maka dari itu, saya berharap Pemprov DKI juga menaruh perhatian pada upaya peremajaan bus-bus tua dan memanfaatkannya sebagai feeder bagi sarana angkutan umum massal yang dibangunnya. Dengan adanya sarana angkutan umum yang nyaman dan telah terintegrasi dengan baik, maka dengan sendirinya masyarakat akan berbondong-bondong untuk menggunakannya.  Apa gunamya subway dan monorel jika masyarakat tidak merasa nyaman dan kesulitan untuk mencapainya. Ujung-ujungnya masyarakat lebih memilih untuk  menggunakan motor atau kendaraan pribadi untuk bepergian.




Rabu, 12 Januari 2011

Sejarah yang Tak Jujur


Sejarah, sebuah mata pelajaran yang kita pelajari bertahun-tahun di sekolah. Namun, tahukah Anda bahwa ada sejumlah materi sejarah yang sebetulnya penting untuk diketahui tapi tak tertulis dalam buku sejarah umum. Salah satunya adalah sejarah tentang peradaban Bani Umayah dan Abasiyah di Timur Tengah sebagai sebuah peradaban terbesar di masanya tak tertulis dalam buku sejarah, hanya dalam sejarah Islamlah kisah itu dapat kita ketahui. Bayangkan saja, pada masa kejayaannya, Bani Umayah yang merupakan sebuah imperium besar dengan wilayah membentang dari Spanyol di barat hingga India bagian barat di timur sama sekali tak disinggung dalam buku sejarah umum. Begitu pula dengan Bani Abasiyah yang meninggalkan begitu banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berharga untuk kehidupan kita di zaman modern ini. Kita justru belajar tentang suku Maya dan Inca di Peru yang sepertinya tidak memberikan banyak 'sumbangan' dan peran penting bagi kehidupan kita saat ini. Bukannya tak menghargai keberadaan mereka, tapi mengingat peran penting Bani Umayah dan Abasiyah dalam mencapai kehidupan modern saat ini tentunya lebih penting untuk diketahui. Kenapa kurikulum sejarah yang diajarkan di sekolah bisa seperti ini?
Lebih parah lagi, sejumlah ilmuwan mengemukakan sebuah teori yang dianggap sebagai kebenaran tapi tak ada dasar pasti untuk menyatakan itu sebagai sesuatu yang benar. Teori evolusi, itulah namanya, teori yang dikemukakan oleh Darwin dan para pendukungnya ini  telah membawa pengaruh besar terhadap kehidupan umat manusia di dunia ini. Mereka seakan melakukan pembodohan terhadap semua orang di bumi ini dengan membuat teori-teori tentang asal-usul segala sesuatu. Mereka menolak bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Dengan segala argumennya mereka menyatakan bahwa evolusi merupakan sesuatu yang nyata telah terjadi sejak jutaan tahun silam. Pertanyaannya sekarang, akankah kita berevolusi menjadi makhluk lain di masa mendatang? Apakah tanda-tanda evolusi selanjutnya itu tampak saat ini?
 
http://edukasi.kompasiana.com
Tentu saja teori ini sangat berbeda dengan kisah sejarah umat manusia yang tertulis di dalam kitab suci, dimana Tuhan menciptakan manusia pertama langsung sebagai manusia dan tak diawali dari sebuah proses panjang dari seekor hewan menjadi manusia. Teori evolusi terus disebarluaskan selama puluhan bahkan ratusan tahun dan telah menyuburkan faham atheis. Kenapa?... karena mereka tidak percaya adanya Tuhan. Jika teori penciptaan yang dipercayai maka mau tidak mau mereka harus mengakui bahwa Tuhan itu ada. Angan-angan ini telah berhasil membuat banyak orang percaya bahwa evolusi adalah sebuah kejadian yang nyata. Padahal, seperti telah diungkapkan oleh  Adnan Oktar, seorang warga Turki yang lebih dikenal dengan nama  Harun Yahya, ada banyak bantahan yang bisa kita lempar dan membuat para pendukung teori itu tak dapat menjelaskannya. Sehingga para pendukung teori tersebut menolak diajak untuk berdebat tentang kebenaran teori mereka.
Jadi, marilah kita berpikir ulang jika mempercayai teori itu. Ingat, Tuhan telah berulang kali menunjukkan tanda-tanda kekuasaanya. Cobalah menelusuri tempat-tempat bekas umat-umat zaman dahulu yang disiksa oleh Allah, maka kita akan dapati bahwa banyak hal dalam sejarah umat manusia di masa lampau yang benar-benar sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci Alquran, subhanallah. Mari kita kembali ke jalan Allah dan meningkatkan iman serta ketaqwaan kita.