Pages

Minggu, 16 Januari 2011

Sulitnya Bersyukur


Bersyukur adalah suatu hal yang tampaknya mudah dikatakan tapi dalam prakteknya ternyata tak semudah teorinya. Bersyukur dapat diamalkan dengan hati kita, yakni  dengan merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah berikan, bisa pula lewat ucapan seperti Alhamdulillah dan ucapan-ucapan syukur lainnya. Bisa pula rasa syukur diwujudkan dalam perbuatan kita. Misalnya saja, kita di-qodar oleh Allah jadi orang kaya, maka sebagai rasa syukur kita, kita memperbanyak infak dan sedekah. Ketika kita sudah terbiasa mendapatkan suatu kenikmatan dalam hidup kita, seringkali kita lupa bahwa apa yang kita nikmati itu semuanya berasal dari Allah. Kita terkadang lupa bahwa kita sebenarnya punya banyak hal dan kelebihan yang dapat dibanggakan. Namun, justru seringkali kita merasa kurang, karena apa yang kita miliki belum sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Merasa kurang bisa jadi membawa dampak positif, misalnya nilai di sekolah pas-pasan atau penghasilan masih kurang cukup, lalu kita terpacu untuk berusaha keras demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, merasa kurang bisa pula membawa dampak negatif dan mengakibatkan rasa syukur menghilang. Misalnya, Allah meng-qodar kita menjadi orang miskin atau memiliki fisik kurang sempurna, atau pun wajah yang jauh dari kesan cakep, sekedar bil ma’ruf saja, hehehe. Akhirnya kita selalu merasa kurang, tidak berharga, minder, ngiri sama teman-teman yang lain, atau bisa jadi menyalahkan Allah, kenapa nasib saya jadi orang kayak gini? Lama-lama hidup malah jadi sengsara. Bahkan saya pernah membaca suartu artikel yang menyebutkan bahwa rasa minder, merasa kurang ganteng, kurang pintar, kurang maskulin, dan kurang-kurang yang lain-lainnya bisa menyebabkan seorang laki-laki merasa dirinya tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Akhirnya ia ‘mengidolakan’ laki-laki lain yang tampak lebih sempurna daripada dia. Akhirnya, lama-kelamaan bisa jadi homo. Nah..lhoh... ternyata parah amat ya akibat dari nggak bisa bersyukur.

 
http://mcdin.net
Dalam artikel ini, saya menyalin sebuah kisah dalam buku agenda saya. Kisah ini ada di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Kisah ini menceritakan tentang tiga orang di masa lalu yang dicoba rasa kesyukurannya oleh Allah. Dari cerita ini kita dapat mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur.
 Abu Huroiroh telah mendengar Nabi bersabda, dulu ada tiga orang dari Bani Israil, yang satu belang, yang satu lagi botak, dan yang ketiga buta. Ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus seorang malaikat yang menyamar sebagai seorang manusia. Maka datanglah malaikat itu pada orang yang belang dan bertanya, “Apakah yang kau inginkan?” Si belang menjawab, “Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik pada saya.” Lalu malaikat mengusapnya dan seketika itu juga hilanglah penyakitnya, kulit dan rupanya pun berubah menjadi bagus. Kemudian malaikat bertanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Si belang menjawab, “Unta.” Maka ia pun diberi oleh malaikat seekor unta yang bunting sambil didoakan, “Baarokallahu laka fiiha.” (Semoga Allah memberi berkah padamu dalam kekayaanmu itu).
Malaikat lalu mendatangi orang yang botak dan bertanya kepadanya, “Apakah yang kau inginkan?” Si botak menjawab, “Rambut yang bagus dan hilangkan penyakit saya yang menyebabkan kehinaanku dalam pandangan orang.” Maka malaikat pun mengusapnya, seketika itu juga tumbuh rambut yang bagus. Kemudian ia ditanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Ia menjawab,”Lembu.” Lalu malaikat memberinya seekor yang bunting, sambil mendoakan, “Baarokallahu laka fiiha.”
Malaikat kemudian mendatangi orang yang buta. Malaikat pun bertanya padanya, “Apa yang kau inginkan?” Si buta menjawab, “Kembalinya penglihatan mataku, supaya saya dapat melihat orang. Maka malaikat mengusapnya, segera si buta membuka matanya dan iapun dapat melihat. Lalu malaikat bertanya lagi, “Kekayaan apa yang kau inginkan?” Ia menjawab, “Kambing.” Maka malaikat pun memberinya seekor kambing yang bunting sambil mendoakan,“Baarokallahu laka fiiha.”
Setelah beberapa tahun, ketiga orang tersebut telah menjadi orang kaya, mereka memiliki lahan yang dipenuhi oleh gembalaan mereka masing. Maka datanglah malaikat tadi pada si belang dalam bentuk seorang yang miskin seperti keadaan si belang pada masa lalu. Malaikat berkata, “Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalanan saya ini, maka tiada yang dapat mengembalikan saya kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuanmu. Maka saya mengharap demi Allah, Allah yang telah memberi rupa dan kulit yang bagus padamu, satu unta saja untuk meneruskan perjalananku ini.” Si belang menjawab, “Hak-hak orang masih banyak, saya tidak dapat memberimu apa-apa, minta saja di lain tempat.” Berkatalah malaikat, “Saya seolah-olah pernah tau padamu, tidakkah kau ini dulu orang yang belang dan dijijiki orang, juga seorang miskin, lalu dengan kemurahan-Nya Allah memberimu kekayaan?” Ia menjawab, “Aku telah mewarisi kekayaan ini dari orang tuaku.” Lalu malaikat berkata, “Jika kau berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti yang dulu.”
Malaikat lalu mendatangi si botak dengan menyamar seperti keadaan si botak pada masa lalu. Malaikat pun berkata seperti halnya yang ia katakan pada si belang. Namun, jawaban yang diterima dari si botak sama dengan jawaban dari si belang. Hingga malaikat pun berkata, “Jika kau berdusta, semoga kau kembali sebagaimana keadaanmu dulu.
Akhirnya, datanglah malaikat pada si buta dengan menyamar seperti keadaan si buta di masa lalu. Malaikat berkata, “Saya ini seorang yang miskin dan orang rantau yang telah putus hubungan dalam perjalanan, saya tidak dapat meneruskan perjalanan saya ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian bantuanmu. Saya minta demi Allah yang mengembalikan pandangan matamu, satu kambing saja untuk meneruskan perjalan saya ini.” Si buta menjawab,”Dahulu saya memang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Sekarang, ambillah sesukamu, saya tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang kau ambil karena Allah.” Maka malaikat berkata, “Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu telah diuji, maka Allah telah ridho padamu dan murka pada kedua temanmu.”  

3 komentar:

  1. Wow.... Blog dan tulisannya bener2 berkualitas.. Jadi malu.. hehehe *tutup muka*

    BalasHapus
  2. makasih, tp mas Muslim terlalu muji dech, aku masih perlu banyak belajar kok, blognya Daud tu yg keren, coba dicek.

    BalasHapus
  3. nice blog mas..keep posting...
    saya juga pemula..hehe

    BalasHapus

Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)