Pages

Rabu, 24 April 2013

Penerimaan Diri Apa Adanya adalah Modal Awal untuk Sukses

Penerimaan diri adalah sadar dan menerima segala kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri kita sendiri dengan disertai kemauan untuk melakukan perubahan atau perbaikan yang berangkat dari potensi yang telah ada pada diri kita. Jadi bukan menerima diri apa adanya tanpa ada keinginan untuk menjadi lebih baik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah

1.       pengharapan,
2.       budaya dalam keluarga,
3.       rasa sakit yang pernah dialami,
4.       ketidakseimbangan antara hati dan pikiran.
Orang yang dapat menerima diri sendiri biasanya juga bisa menerima orang lain apa adanya. Ia sadar bahwa tak ada seorangpun yang sempurna di dunia ini, sehingga ia bisa memaklumi dan menerima kekurangan orang lain. Ia pun tidak mudah mengkritik dan meremehkan orang lain. Mengkritik orang lain memang bagus, tapi bukan kritik yang menjatuhkan, melainkan untuk memotivasi orang tersebut untuk lebih baik. Penerimaan diri dipengaruhi oleh
1.       self concept (kesadaran kita terhadap keunikan dan seluruh struktur kepribadian kita)
2.       self image (cara kita memandang diri kita sendiri)
3.       self esteem (harga diri kita)


Sumber gambar: azislamayuda.com
Sadar diri atau konsep diri merupakan landasan dari penghargaan dan penerimaan diri. Jika kita sudah bisa sadar akan segala kelebihan dan kelemahan kita sendiri maka akan muncullah penerimaan terhadap diri kita yang sesungguhnya. Dari situlah kita bisa menghargai diri kita sendiri. Penerimaan memang dapat berarti berserah diri tetapi bukan berarti menyerah. Justru dengan segala kekurangan yang kita miliki itulah kita harus terpacu untuk terus memperbaiki diri kita.
=> Cara untuk menerima diri:
1.       bersyukur atas apa yang telah dimiliki
2.       jangan selalu mengkritik diri sendiri
3.       menerima ketika kita diapresiasi orang lain
4.       meluangkan waktu bersama orang-orang yang positif
5.       menanamkan dalam pikiran bahwa insya Allah kita akan berhasil dan bahagia
6.       menanamkan pikiran positif
7.       melakukan dialog dengan diri sendiri yang lebih memberdayakan
8.       seyogyanya menetapkan standar atau target yang realistis
=> Indikasi penerimaan diri:
a.       percaya diri
b.      keberhargaan diri
c.       merasa berdaya
d.      merasa nyaman
e.      merasa puas
f.        merasa sejahtera
g.       merasa bebas merdeka
h.      merasa bahagia
=> Indikasi penolakan diri:
a.       tidak jujur pada diri sendiri
b.      tidak menerima kenyataan diri
c.       menyembunyikan kegagalan
d.      mencari alasan di luar dirinya
e.      melempar kesalahan pada orang lain
f.        berupaya dengan berbagai cara agar menjadi pusat perhatian
g.       pembawaannya sering mengkritik orang lain dan mengkritik diri sendiri
h.      membenci diri sendiri
i.         suka marah dan memaksakan kehendak
=> Tiga pertanyaan penting:
1.       Dari mana muncul sikap menerima itu?
        Dari kesadaran objektif mengenai jati diri serta apresiasi
2.       Mengapa kita harus menerima?
        Agar mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan diri dan lingkungan
3.       Seberapa jauh seseorang harus menerima?
        Tergantung dari sensasi positif yang dialami (sense of feeling)
Akhir kata, selalu ada kesempatan untuk orang yang mau merubah dirinya. Selama kita yakin dan percaya, insya Allah kita akan mampu untuk mewujudkannya. Walaupun banyak hambatan yang menghadang keyakinan dan rasa optimis harus terus dipelihara. Hukum universal tentang kepercayaan adalah apa saja yang benar-benar kita percayai dengan penuh perasaan insya Allah akan menjadi realita.

Ini adalah rangkuman dari materi yang saya peroleh pada suatu acara lima tahun silam. Saya sendiri tidak mengetahui siapa penyusun aslinya. Adapun penulisan di sini hanya bertujuan untuk saling berbagi dan mengharapkan kebaikan bersama. Semoga bermanfaat. 

Senin, 15 April 2013

Seberapa Pentingkah Jumlah Follower?

Waktu lagi googling soal trending topic di Indonesia, tak sengaja saya menemukan situs http://twitter.whotalking.com/ di situ kita bisa melihat apa sajakah topik yg lagi ngetren di twitter dalam 7 hari terakhir, baik worldwibe maupun di lokasi-lokasi tertentu. Namun, seabrek kata yang lagi ngetrend itu tak menarik perhatian saya, malah rada bingung, kata-kata seperti itu kok bisa ngetren, sebenarnya apa sih yg dibahas. Perhatian saya justru tertuju pada menu Top Users, ternyata ada list akun twitter terpopuler sedunia dengan minimal 400 ribu follower.
Dari daftar itu terlihat bahwa akun twitter terpopuler didominasi oleh kalangan artis. Justin Bieber dengan akun @justinbieber berada di posisi teratas dengan 37,5 juta follower, disusul oleh @ladygaga dan @kattyperry dengan masing-masing 36,1 juta dan 35 juta follower. Posisi ke-4 ditempati oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dengan akun @BarackObama yg memiliki hampir 29,9 juta follower sekaligus menjadi  akun twitter non artis terpopuler. Sedangkan akun twitter terpopuler dari Indonesia adalah @agnezmo milik penyanyi Agnes Monica yang bertengger di urutan 79 dunia dengan 7,2 juta follower. Akun twitter Agnes ini bahkan lebih populer dibanding akun twitter sejumlah musisi internasional ternama, seperti Jessica Simpson, Jasson Mraz, Victoria Beckham, dan masih banyak lagi. Namun, saat saya mencari akun twitter @SBYudhoyono dan @jokowi_do2 ternyata tidak ada di daftar itu, padahal jelas follower-nya di atas 400 ribu.
Sumber: twitter.com
Orang-orang terkenal seperti artis, pejabat tinggi negara,  dan pengusaha sukses super tajir  dengan sendirinya bisa menarik minat banyak orang untuk mem-follow akun mereka. Akun-akun non pribadi yang lucu atau sering berbagi tips pun menarik minat banyak orang untuk mem-follow. Banyak diantaranya sering memberikan kultwit yang cukup menarik untuk disimak. Sehingga banyak follower yang setia mem-follow mereka.
Bagi akun-akun yang bertujuan untuk mempromosikan produk atau mensosialisasikan hal-hal tertentu, memiliki banyak follower memang penting. Semakin banyak follower maka semakin besar potensi untuk menarik minat pelanggan atau akan semakin mudah untuk mensosialisasikan program-program mereka. Walaupun tingkat kepentingannya berbeda, ternyata memiliki banyak follower juga diidamkan oleh banyak pemilik akun pribadi. Entah sekedar untuk bangga-banggaan atau memang ada tujuan-tujuan tertentu, yang jelas lebih banyak follower lebih baik. :D
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memiliki banyak follower . Cara yang santun dan “terhormat” adalah dengan menjaga kualitas twit, banyak menginfokan hal-hal penting dan bermanfaat, serta tidak banyak nyampah yang membuat orang lain merasa risih. Namun, cara ini tentu butuh waktu lama dan belum tentu sukses. Oleh karena itu, banyak orang menggunakan cara-cara lain. Ada yang menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu, ada pula yang mem-follow banyak orang dengan harapan untuk di-follback, bahkan ada pula yang meminta teman-temannya me-retwet twit-twitnya agar follower teman-temannya itu tertarik mem-follow dirinya. :D Alhasil kadang kita melihat akun twitter teman kita memiliki begitu banyak follower tapi jumlah following-nya juga sangat banyak.
Saya pribadi justru merasa risih jika terlalu banyak mem-follow orang. Akan ada banyak twit lalu-lalang di timeline yang sebenarnya tak begitu penting untuk kita. Apalagi jika mem-follow akun yang hobi nyampah. Justru twit-twit penting dan bermanfaat cepat tenggelam tertutup twit-twit sampah itu. Masih bisa dimaklumi kalo kita kenal baik dengan pemiliknya, jika tidak, saya sih mending unfollow saja. Oleh karena itu saya pribadi pilih-pilih jika akan mem-follow orang lain. Walaupun kadang ada orang tak dikenal yang tiba-tiba follow,  tidak lantas dengan serta merta saya follback. Saya lihat dulu kenal atau tidak, kira-kira oke nggak kalau di-follow. Tentu saja dengan konsekuensi di-unfollow karena tak kunjung di-follback.  Kalo saya lihat sih masih ada yang setia follow saya walaupun tidak saya follback, hehe... Nggak percaya? Coba buka @yusufabdrohman, kalau perlu follow sekalian deh. :D
Saya pikir, dengan posisi sebagai orang biasa, mending punya follower dan following lebih sedikit daripada memiliki follower bejibun tapi harus following banyak juga. Ini untuk menjaga agar traffic timeline tidak terlalu padat, kecuali bila kita memang mencari informasi tentang berbagai hal, kita bisa mem-follow akun-akun yang memang ditujukan untuk berbagi ilmu dan wawasan.  Namun, bila mem-follow terlalu banyak akun pribadi, apalagi jika kebanyakan alay bin nyampah, hadeeuh... bisa rame banget timeline kita.  Terpapar terlalu banyak informasi bisa berdampak negatif, apalagi bila banyak yang kurang penting. Sebab, informasi yang berlebihan mengakibatkan kejenuhan, sehingga informasi yang datang kurang bisa diterima dengan baik. Toh dalam posisi sebagai orang biasa tak banyak orang yang sering melihat profil twitter kita, tentunya tak banyak pula yang menaruh perhatian pada berapa follower kita. Namun, semua itu terserah pada pribadi masing-masing, siapa tahu ada yang suka lihat profil dirinya sendiri sambil senyum-senyum bangga punya follower banyak. :D Lalu... bagaimanakah dengan Anda?