Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 akan segera tiba. Pilpres yang
akan digelar pada 9 Juli 2014 nanti merupakan hajatan besar rakyat Indonesia
untuk menentukan siapakah yang akan memimpin negara ini dalam lima tahun ke
depan. Dialah orang yang akan berperan besar
terhadap masa depan bangsa ini. Karena pentingya itu, Pilpres menjadi euforia
tersendiri dalam masyarakat.
Euforia Pilpres bahkan sudah dirasakan jauh-jauh hari sebelumnya. Terlebih
sejak bulan Maret lalu, berita-berita seputar Pilpres dan para calon presiden (capres)
setiap hari selalu menghiasi media. Drama politik menjadi menu sehari-hari yang
disajikan, dan semakin intens sejak paruh kedua bulan Mei lalu ketika koalisi dan
pasangan capres-cawapres telah difinalkan. Berita seputar pilpres ini menjadi hot
topic dalam waktu yang panjang dan menenggelamkan berita-berita lainnya.
Seiring dengan semakin intensnya pemberitaan di media, Pilpres dan
capres terus menjadi trending topic di masyarakat, setiap gerak-gerik
para capres selalu menjadi perhatian. Bahkan
masa lalu para capres pun menjadi topik yang menarik untuk digali dan
dibicarakan. Ini tercermin dari banyaknya pembicaraan seputar para capres, baik
secara langsung maupun di berbagai media sosial di dunia maya. Banyak muncul
pengamat politik dadakan yang bisa menyuarakan
pendapatnya dimana saja. Di masa sekarang, dimana banyak orang sudah terhubung
dengan internet dan aktif di sosial media, informasi sangatlah mudah untuk didapat dan disebarkan.
Namun, kemudahan tersebut menyebabkan informasi yang beredar menjadi semakin
kabur.
Informasi yang berupa fakta dengan dukungan data tercampur baur
dengan informasi geje yang entah darimana asal usulnya. Banyak di antaranya
yang hanya merupakan kabar burung dan berita-berita bohong, belaka. Akan tetapi,
semuanya telanjur menyebar luas karena mudahnya masyarakat percaya dan
terprovokasi.
Sebagai orang yang melek internet, mestinya perlu dipahami bahwa
informasi yang beredar di dunia maya seringkali dibuat tanpa melalui kaidah
pers, tak ada yang namanya crosscheck atau tabayyun. Jangankan oleh individu, beberapa situs
bahkan sudah jelas-jelas ketahuan menyebarkan berita yang tak dapat
dipertanggungjawabkan isinya. Entah memang sengaja atau teledor dalam membuat
berita, yang cukup disayangkan, setelah terbukti salahpun tak ada koreksi dan
permohonan maaf atas kesalahan tersebut. Ya… kita tahulah yang namanya
kepentingan memang seringkali membuat orang berbicara yang tidak semestinya. Maka
dari itu, sebelum menyebarkan berita perlu dilihat dulu, apakah berita itu
meyakinkan? Apakah sumber beritanya cukup kredibel ? Jangan sampai kita keliru
menyebarkan berita bohong dan fitnah.
Pasangan Capres-Cawapres 2014
Sumber gambar: bandung.bisnis.com
Di facebook dan twitter, selalu ada yang membahas Pilpres
dan capres setiap harinya. Sebagian sekedar menuliskan pendapat pribadinya ,sebagian
yang lain men-share secara langsung berita-berita yang dimuat dalam
berbagai situs dan portal berita. Aksi dukung-mendukung salah satu pasangan
bisa terlihat jelas di situ. Entah karena hasrat membicarakan yang tak
terbendung atau memang sengaja mencari dukungan untuk kemenangan capres
pilihannya, banyak di antara mereka yang selalu aktif mempromosikan capres
pujaannya dan membicarakan kekurangan pihak lawan. Bahkan dalam satu peristiwa
yang sama pun komentar yang keluar dari masing-masing kubu bisa bertolak
belakang. Yah begitulah… yang namanya telanjur
cinta tak kurang-kurang pujiannya, yang namanya benci juga tak kurang-kurang
celaannya.
Terinspirasi dari status fb salah seorang teman, “Uripmu kok
rekosomen to cah mikirke capres terus.” Jadi
terpikir, buat apasih kok pada ngoyo-ngoyo membela capres. Apalagi dengan
kengoyoan tersebut sampai menyebabkan pertengkaran. Perbedaan pendapat adalah
hal yang wajar, persepsi terhadap pemimpin yang diidamkan merupakan sesuatu
yang tak bisa dipaksakan. Sebab, setiap orang memiliki cara pandang dan selera yang
berbeda-beda. Bolehlah berdebat dan berargumen, asalkan tak sampai membuat hubungan
persahabatan menjadi retak, apalagi sampai unfriend segala. Jadi ya sak madyo wae, ngikutin
perkembangan ya iya tapi nggak perlu
terlalu dipikir berat-berat, supaya nggak malah stres sendiri. Ngapain coba,
relawan ya enggak, dibayar juga enggak. Memang tepat bila dibilang supporter
itu biasanya lebih heboh dari yang main. Duh… semoga saya enggak termasuk.
Saya sendiri kalau mau ngomong kelebihan dan kekurangan para capres
itu bisa panjang lebar, tiap hari bisa tuh jadi bahan status. Tapi yo gek
meh ngopo gitu kan. Toh kalo saya ngomongpun juga sulit kok mengubah keyakinan
orang supaya ngikutin pendapat saya. Apa
yang saya pikirkan belum tentu cocok dengan pola pikir orang lain. Bisa jadi
malah dia sebel karena pujaan hatinya saya jelek-jelekkan, hahaha… . Namun,
jika yang dibahas adalah fakta vs fitnah, ini beda lagi. Masalahnya bukan lagi pada
selera, tapi pada benar atau tidaknya suatu informasi. Jika saya tahu apa yang sebenarnya ya bakal
saya bela. Bukan berarti mendukung,
tetapi lebih pada meluruskan informasi yang beredar.
Anyway, seyakin-yakinnya saya menjatuhkan
pilihan, tetep saya sadar no body is perfect. Kalau ditilik lebih dalam, semua capres itu
punya banyak kekurangan di sana-sini. Mereka bukanlah orang sempurna yang dapat
mewujudkan segalanya. Jadi nggak perlu terlalu cinta ataupun terlalu benci,
karena cinta bisa berubah jadi benci. Ya.. nggak? Ketika cinta yang terlanjur mendalam
dikecewakan, maka rasa bencilah yang akan membara. (Katanya sih… ini masih
katanya )
Ada orang ngetwit, “Sejak gue jarang baca/liat berita, hidup jadi
berasa damai..” haha… . Kalau dipikir-pikir benar juga dia, terlalu sibuk
memikirkan Pilpres juga bisa mengganggu pikiran. Bisa jadi malah melupakan perkara
lain yang lebih penting. Ternyata masih banyak lhoh hal-hal dalam diri kita
sendiri yang perlu fokus untuk dipikirkan. Daripada sibuk mikirin calon presiden
yang tepat untuk memimpin negeri ini, mendingan mikirin calon istri yang tepat
untuk mendampingi hidup ini. :V
Posting Komentar
Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)