Stasiun Solo
Balapan dengan kode SLO merupakan stasiun terbesar di Kota Solo dan termasuk
stasiun besar utama di Pulau Jawa. Stasiun Solo Balapan terletak di Kelurahan
Gilingan dan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, tepatnya di Jalan Wolter
Monginsidi 112, Solo. Pada masa lalu, lokasi stasiun ini merupakan arena pacuan
(balapan) kuda milik Keraton Mangkunegaran. Stasiun yang berada pada ketinggian 93 meter
dpl ini dibangun pada tahun 1873 dan berada dalam wilayah kerja PT Kereta Api
Indonesia (KAI) Daerah Operasi VI Yogyakarta.
Stasiun Solo
Balapan memiliki 12 jalur yang terbagi menjadi dua, yakni emplasemen selatan
sebanyak 5 jalur dan emplasemen utara sebanyak 7 jalur. Pelayanan penumpang,
baik untuk kereta api lokal maupun kereta api jarak jauh dilakukan di emplasemen
selatan, sementara emplasemen utara lebih banyak digunakan untuk kereta barang,
kecuali jalur 6 yang digunakan untuk keberangkatan Kereta Api Lodaya dan Senja Utama Solo.
Kedua emplasemen dibatasi oleh bangunan utama stasiun yang di dalamnya terdapat
ruang kepala stasiun, ruang Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA), toilet,
mushola, dan lain-lain. Adapun pintu masuk, area parkir, dan hall stasiun berada
di sisi selatan stasiun. Sementara dipo
lokomotif dan kereta berada di sebelah barat stasiun. Stasiun Solo Balapan
merupakan titik pertemuan antara jalur selatan dengan jalur utara, di sebelah
timurnya terdapat segitiga pembalik (wye) yang memungkinkan kereta dari
arah jalur utara (Semarang) langsung berbelok ke Stasiun Solo Jebres
dengan prinsip langsir, sehingga tidak perlu memutar lokomotif di Solo Balapan.
Stasiun Solo Balapan
Saat ini Stasiun
Solo Balapan digunakan sebagai tempat pemberangkatan kereta api jarak jauh kelas
eksekutif dan bisnis. Adapun pemberangkatan kereta api kelas ekonomi dilakukan
di Stasiun Purwosari dan Solo Jebres. Stasiun Solo Balapan juga melayani
pemberangkatan kereta api lokal dengan tujuan Semarang, Madiun, Yogyakarta, hingga
Kutoarjo yang dilayani dengan menggunakan rangkaian Kereta Api Prambanan
Ekspres (Prameks), Madiun Jaya, Sidomukti, Kalijaga, dan Joglo Ekspres.
Tidak jauh dari
Stasiun Solo Balapan, terdapat Terminal Bus Tirtonadi yang melayani rute ke
berbagai kota, baik dalam maupun antar provinsi, bahkan antar pulau hingga ke
Aceh dan Nusa Tenggara. Terminal Tirtonadi tercatat sebagai terminal bus
tersibuk dengan jumlah penumpang terbanyak di Jawa Tengah. Terminal
Tirtonadi sendiri kini sedang dalam
proses pengembangan, selain dilakukan renovasi total dan perluasan ke arah
barat, nantinya juga akan dibangun pusat perbelanjaan di atas bangunan terminal
tersebut.
Kedekatan
lokasi antara stasiun dan terminal ini memunculkan wacana untuk menghubungkan
kedua pusat transportasi tersebut dengan sebuah jembatan. Selama ini para
penumpang dari Stasiun Balapan yang akan menuju ke Terminal Tirtonadi maupun
sebaliknya biasa menggunakan jasa becak atau ojek dengan rute yang memutar.
Apabila dibangun sebuah jembatan penghubung langsung diantara kedua tempat
tersebut, maka jarak yang ditempuh dapat diperpendek.
Wacana pembangunan jembatan tersebut kini
telah menemui titik terang setelah pada bulan Maret lalu Pemerintah Kota
Surakarta bersama dengan Kementerian Perhubungan dan PT KAI bersepakat untuk
mewujudkan pembangunan skybridge penghubung antara Stasiun Solo Balapan
dan Terminal Tirtonadi. Skybridge yang akan dibangun pada tahun ini tersebut
melintasi jalan dan perkampungan di antara kedua lokasi dengan panjang sekitar
450 meter. Dengan demikian akan tercipta konektivitas antara stasiun dan
terminal, penumpang yang menggunakan moda kereta api dapat dengan mudah
berpindah menggunakan bus, begitu pula sebaliknya.
Selain rencana
pembangunan skybridge tersebut, Kementerian Perhubungan juga telah
menyiapkan rencana pembangunan stasiun utara di Solo Balapan dan pembangunan
rute kereta ke Bandara Internasional Adi Soemarmo. Pembangunan rute kereta
bandara ini akan mempermudah akses menuju Bandara Adi Soemarmo yang saat ini dirasakan
masih kurang. Selain taksi, baru ada bus pemadu moda rute bandara-Terminal Tirtonadi dan bus Batik Solo Trans Koridor 1 yang melayani penumpang dari dan ke
bandara. Kesulitan akses transportasi ini ditengarai merupakan salah satu sebab
kurang berkembangnya bandara tersebut. Bahkan warga Solo sendiri masih banyak
yang memilih terbang melalui Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Selain lebih
banyak pilihan penerbangan, Bandara Adi Sutjipto juga memiliki akses yang lebih mudah. Untuk menuju bandara tersebut, calon penumpang dari Solo dapat menggunakan kereta Prameks dan Madiun Jaya dengan lama perjalanan sekitar satu jam dan turun di Stasiun Maguwo yang berada tepat di depan
bandara.
Sumber: skyscrapercity.com
Stasiun utara
akan dibangun di sebelah utara jalur 12 yang terdiri dari bangunan stasiun 2
lantai, area drop off, dan area parkir untuk kendaraan roda 2 dan roda
4. Sementara pintu masuk dibangun di sebelah timur atau menghadap ke Jalan S.
Parman. Pembangunan stasiun utara ini diharapkan selesai pada tahun 2017. Bila
pembangunannya telah selesai, maka Pemkot Solo perlu segera merealisasikan rute Batik
Solo Trans (BST) koridor 6 dan menyediakan halte BST di dekat pintu keluar tersebut, sehingga penumpang kereta yang keluar melalui pintu timur dapat langsung
mengakses BST seperti halnya di pintu selatan saat ini.
Sumber: skyscrapercity.com
Selain rencana
pembangunan tersebut, juga akan segera direalisasikan pembangunan infrastruktur
untuk keperluan beroperasinya Kereta Listrik (KRL) rute Solo-Yogyakarta pada
tahun 2017 dan kelanjutan proyek double track jalur selatan untuk ruas Solo-Kedungbanteng
yang akan dibangun mulai tahun ini. Dari 829 km jarak Jakarta-Surabaya melalui
jalur selatan, saat ini baru Jakarta-Purwokerto dan Kutoarjo-Solo yang sudah double
track, sisanya Purwokerto-Kutoarjo dan Solo-Surabaya masih single track.
Stasiun Solo
Balapan perlu melakukan pembenahan dan penyesuaian lay out stasiun agar
dapat memisahkan layanan kereta lokal, kereta api jarak jauh (KAJJ) dan kereta
bandara. Misalnya dengan mengkhususkan
emplasemen selatan untuk kereta lokal dan emplasemen utara untuk KAJJ dan kereta
bandara. Adapun layanan kereta barang dapat dialihkan ke Stasiun Solo Jebres yang sudah dilengkapi dengan dry port di sebelah utara stasiun. Dengan beroperasinya KRL Solo-Yogyakarta, besar kemungkinan frekuensi
perjalanan kereta akan bertambah. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bekas
armada Prameks digunakan untuk penambahan frekuensi maupun rute kereta lokal
yang lain. Misalnya perpanjangan rute Railbus Purwosari-Wonogiri hingga ke Solo
Balapan, atau penambahan rute baru seperti tujuan Sragen, Salem, dan Ngrombo.
Dengan demikian Stasiun Solo Balapan dapat menjadi stasiun transit antara
kereta lokal dan jarak jauh seperti halnya Stasiun Pasar Senen dan Stasiun
Jatinegara di Jakarta. Untuk keperluan konektivitas antar moda transportasi, serta sepanjang kapasitas dan infrasturuktur stasiun cukup mumpuni, saya rasa hal ini layak dipertimbangkan daripada
justru berencana mengkhususkan Stasiun Solo Balapan untuk layanan KAJJ seperti halnya
Stasiun Gambir di Jakarta.
Dengan rencana
pembangunan-pembangunan tersebut, saya berharap Stasiun Solo Balapan akan
menjadi sebuah stasiun sentral yang menjadi hub transportasi intermoda seperti
halnya Kuala Lumpur Sentral (KL Sentral). Dengan terhubungnya stasiun ini
dengan terminal, bandara, dan halte BST, maka penumpang kereta dapat dengan
mudah mengakses bus kota, bus antarkota, maupun pesawat terbang, begitu pula
sebaliknya. Selain itu, penumpang juga dapat dengan mudah menuju pusat perbelanjaan
di Terminal Tirtonadi. Bukan tidak mungkin, dengan ketersediaan infrastruktur
yang lengkap seperti itu, akan bermunculan pusat-pusat bisnis baru di sekitar
stasiun dan terminal. Semoga semua rencana pembangunan tersebut dapat segera
berjalan dengan lancar sehingga dapat segera memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak, terutama bagi masyarakat penggunanya.
Bagus
BalasHapusTerima kasih Om Wisnu :)
BalasHapusINFO YANG BERMANFAAT...
BalasHapusAda updatenya ga kak
BalasHapus