Pages

Senin, 20 Juli 2015

Menanti Stasiun Sentral Solo Balapan

Stasiun Solo Balapan dengan kode SLO merupakan stasiun terbesar di Kota Solo dan termasuk stasiun besar utama di Pulau Jawa. Stasiun Solo Balapan terletak di Kelurahan Gilingan dan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi 112, Solo. Pada masa lalu, lokasi stasiun ini merupakan arena pacuan (balapan) kuda milik Keraton Mangkunegaran. Stasiun yang berada pada ketinggian 93 meter dpl ini dibangun pada tahun 1873 dan berada dalam wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi VI Yogyakarta.

Stasiun Solo Balapan memiliki 12 jalur yang terbagi menjadi dua, yakni emplasemen selatan sebanyak 5 jalur dan emplasemen utara sebanyak 7 jalur. Pelayanan penumpang, baik untuk kereta api lokal maupun kereta api jarak jauh dilakukan di emplasemen selatan, sementara emplasemen utara lebih banyak digunakan untuk kereta barang, kecuali jalur 6 yang digunakan untuk keberangkatan Kereta Api Lodaya dan Senja Utama Solo. Kedua emplasemen dibatasi oleh bangunan utama stasiun yang di dalamnya terdapat ruang kepala stasiun, ruang Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA), toilet, mushola, dan lain-lain. Adapun pintu masuk, area parkir, dan hall stasiun berada  di sisi selatan stasiun. Sementara dipo lokomotif dan kereta berada di sebelah barat stasiun. Stasiun Solo Balapan merupakan titik pertemuan antara jalur selatan dengan jalur utara, di sebelah timurnya terdapat segitiga pembalik (wye) yang memungkinkan kereta dari arah jalur utara (Semarang) langsung berbelok ke Stasiun Solo Jebres dengan prinsip langsir, sehingga tidak perlu memutar lokomotif di Solo Balapan.

Stasiun Solo Balapan

Saat ini Stasiun Solo Balapan digunakan sebagai tempat pemberangkatan kereta api jarak jauh kelas eksekutif dan bisnis. Adapun pemberangkatan kereta api kelas ekonomi dilakukan di Stasiun Purwosari dan Solo Jebres. Stasiun Solo Balapan juga melayani pemberangkatan kereta api lokal dengan tujuan Semarang, Madiun, Yogyakarta, hingga Kutoarjo yang dilayani dengan menggunakan rangkaian Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks), Madiun Jaya, Sidomukti, Kalijaga, dan Joglo Ekspres.

Tidak jauh dari Stasiun Solo Balapan, terdapat Terminal Bus Tirtonadi yang melayani rute ke berbagai kota, baik dalam maupun antar provinsi, bahkan antar pulau hingga ke Aceh dan Nusa Tenggara. Terminal Tirtonadi tercatat sebagai terminal bus tersibuk dengan jumlah penumpang terbanyak di Jawa Tengah. Terminal Tirtonadi sendiri kini sedang  dalam proses pengembangan, selain dilakukan renovasi total dan perluasan ke arah barat, nantinya juga akan dibangun pusat perbelanjaan di atas bangunan terminal tersebut.

Kedekatan lokasi antara stasiun dan terminal ini memunculkan wacana untuk menghubungkan kedua pusat transportasi tersebut dengan sebuah jembatan. Selama ini para penumpang dari Stasiun Balapan yang akan menuju ke Terminal Tirtonadi maupun sebaliknya biasa menggunakan jasa becak atau ojek dengan rute yang memutar. Apabila dibangun sebuah jembatan penghubung langsung diantara kedua tempat tersebut, maka jarak yang ditempuh dapat diperpendek.

 Wacana pembangunan jembatan tersebut kini telah menemui titik terang setelah pada bulan Maret lalu Pemerintah Kota Surakarta bersama dengan Kementerian Perhubungan dan PT KAI bersepakat untuk mewujudkan pembangunan skybridge penghubung antara Stasiun Solo Balapan dan Terminal Tirtonadi. Skybridge yang akan dibangun pada tahun ini tersebut melintasi jalan dan perkampungan di antara kedua lokasi dengan panjang sekitar 450 meter. Dengan demikian akan tercipta konektivitas antara stasiun dan terminal, penumpang yang menggunakan moda kereta api dapat dengan mudah berpindah menggunakan bus, begitu pula sebaliknya.


Selain rencana pembangunan skybridge tersebut, Kementerian Perhubungan juga telah menyiapkan rencana pembangunan stasiun utara di Solo Balapan dan pembangunan rute kereta ke Bandara Internasional Adi Soemarmo. Pembangunan rute kereta bandara ini akan mempermudah akses menuju Bandara Adi Soemarmo yang saat ini dirasakan masih kurang. Selain taksi, baru ada bus pemadu moda rute bandara-Terminal Tirtonadi dan bus Batik Solo Trans Koridor 1 yang melayani penumpang dari dan ke bandara. Kesulitan akses transportasi ini ditengarai merupakan salah satu sebab kurang berkembangnya bandara tersebut. Bahkan warga Solo sendiri masih banyak yang memilih terbang melalui Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Selain lebih banyak pilihan penerbangan, Bandara Adi Sutjipto juga memiliki akses yang lebih mudah.  Untuk menuju bandara tersebut, calon penumpang dari Solo dapat menggunakan kereta Prameks dan Madiun Jaya dengan lama perjalanan sekitar satu jam dan turun di Stasiun Maguwo yang berada tepat di depan bandara.

Sumber: skyscrapercity.com

Stasiun utara akan dibangun di sebelah utara jalur 12 yang terdiri dari bangunan stasiun 2 lantai, area drop off, dan area parkir untuk kendaraan roda 2 dan roda 4. Sementara pintu masuk dibangun di sebelah timur atau menghadap ke Jalan S. Parman. Pembangunan stasiun utara ini diharapkan selesai pada tahun 2017. Bila pembangunannya telah selesai, maka Pemkot Solo perlu segera merealisasikan rute Batik Solo Trans (BST) koridor 6 dan menyediakan halte BST di dekat pintu keluar tersebut, sehingga penumpang kereta yang keluar melalui pintu timur dapat langsung mengakses BST seperti halnya di pintu selatan saat ini.

Sumber: skyscrapercity.com

Selain rencana pembangunan tersebut, juga akan segera direalisasikan pembangunan infrastruktur untuk keperluan beroperasinya Kereta Listrik (KRL) rute Solo-Yogyakarta pada tahun 2017 dan kelanjutan proyek double track jalur selatan untuk ruas Solo-Kedungbanteng yang akan dibangun mulai tahun ini. Dari 829 km jarak Jakarta-Surabaya melalui jalur selatan, saat ini baru Jakarta-Purwokerto dan Kutoarjo-Solo yang sudah double track, sisanya Purwokerto-Kutoarjo dan Solo-Surabaya masih single track.

Stasiun Solo Balapan perlu melakukan pembenahan dan penyesuaian lay out stasiun agar dapat memisahkan layanan kereta lokal, kereta api jarak jauh (KAJJ) dan kereta bandara.  Misalnya dengan mengkhususkan emplasemen selatan untuk kereta lokal dan emplasemen utara untuk KAJJ dan kereta bandara. Adapun layanan kereta barang dapat dialihkan ke Stasiun Solo Jebres yang sudah dilengkapi dengan dry port di sebelah utara stasiun. Dengan beroperasinya KRL Solo-Yogyakarta, besar kemungkinan frekuensi perjalanan kereta akan bertambah. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bekas armada Prameks digunakan untuk penambahan frekuensi maupun rute kereta lokal yang lain. Misalnya perpanjangan rute Railbus Purwosari-Wonogiri hingga ke Solo Balapan, atau penambahan rute baru seperti tujuan Sragen, Salem, dan Ngrombo. Dengan demikian Stasiun Solo Balapan dapat menjadi stasiun transit antara kereta lokal dan jarak jauh seperti halnya Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Jatinegara di Jakarta. Untuk keperluan konektivitas antar moda transportasi, serta sepanjang kapasitas dan infrasturuktur stasiun cukup mumpuni, saya rasa hal ini layak dipertimbangkan daripada justru berencana mengkhususkan Stasiun Solo Balapan untuk layanan KAJJ seperti halnya Stasiun Gambir di Jakarta.

Dengan rencana pembangunan-pembangunan tersebut, saya berharap Stasiun Solo Balapan akan menjadi sebuah stasiun sentral yang menjadi hub transportasi intermoda seperti halnya Kuala Lumpur Sentral (KL Sentral). Dengan terhubungnya stasiun ini dengan terminal, bandara, dan halte BST, maka penumpang kereta dapat dengan mudah mengakses bus kota, bus antarkota, maupun pesawat terbang, begitu pula sebaliknya. Selain itu, penumpang juga dapat dengan mudah menuju pusat perbelanjaan di Terminal Tirtonadi. Bukan tidak mungkin, dengan ketersediaan infrastruktur yang lengkap seperti itu, akan bermunculan pusat-pusat bisnis baru di sekitar stasiun dan terminal. Semoga semua rencana pembangunan tersebut dapat segera berjalan dengan lancar sehingga dapat segera memberikan manfaat yang besar  bagi semua pihak, terutama bagi masyarakat penggunanya.

4 komentar:

Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)