Railbus Batara Kresna adalah kereta api perintis yang melayani rute Solo-Wonogiri. Railbus
melayani penumpang dari Stasiun Purwosari di Kota Solo hingga Stasiun Wonogiri
di Kabupaten Wonogiri sejauh lebih kurang 37 kilometer. Sepanjang perjalanan,
railbus berhenti di tiga stasiun, yakni Stasiun Solo Kota di Kota Solo serta
Stasiun Sukoharjo dan Pasar Nguter di Kabupaten Sukoharjo. Railbus Batara
Kresna mulai beroperasi secara reguler sejak 11 Maret 2015. Kebetulan bulan
Maret lalu saya pulang ke Solo selama sekitar satu minggu, tetapi tiket balik saya
ke Jakarta juga tanggal 11 Maret dini hari, pas banget tidak bisa lihat launching
railbus keesokan harinya.
Jadwal
perjalanan railbus adalah sebanyak 2 kali sehari pergi pulang (PP). Railbus
berangkat dari Purwosari pukul 06.00 dan 10.00, sementara dari Wonogiri pukul
08.00 dan 12.15. Loket penjualan tiket dibuka 3 jam sebelum keberangkatan,
kecuali untuk keberangkatan pagi yang baru dibuka pukul 04.30. Harga tiket
ditetapkan sebesar Rp 4.000. Menurut pemberitaan di media, minat warga untuk
naik railbus ini sangat besar, terbukti dari tiket railbus yang selalu laris
manis. Apalagi pada saat liburan, 100 persen tiket selalu ludes.
Railbus Batara Kresna
Berhubung
railbus adalah kereta lokal, maka penjualan tiketnya tidak dilakukan secara
online. Calon penumpang harus datang langsung ke loket penjualan di stasiun.
Setiap stasiun di sepanjang perjalanan railbus sudah memiliki jatah tiketnya
masing-masing. Saya kurang tahu berapa pastinya kapasitas railbus ini, ada yang
menyebut 117 penumpang, ada pula yang menyebut 146 penumpang.
Minggu lalu,
mumpung bisa libur lebaran cukup lama di Solo, saya berencana berwisata ke
Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dengan naik railbus ini. Pagi-pagi buta saya
naik motor membonceng adik saya ke Stasiun Purwosari. Sekitar pukul 05.30 saya
sudah mengantre di loket Stasiun Purwosari, tetapi tiket ke Wonogiri ternyata
sudah habis. Trus kenapa banyak yang masih antre di loket? Ternyata mereka
antre untuk tiket pukul 10.00 yang baru akan dibuka penjualannya pukul 07.00.
Waduh… .
Karena jam
10.00 itu sudah terlalu siang untuk berangkat piknik, maka terpaksa liburan ke
Waduk Gajah Mungkur dibatalkan. Iseng-iseng bertanya ke petugas loket, ternyata
masih banyak tiket tersisa untuk perjalanan sampai ke Sukoharjo saja. Tanpa
banyak berpikir panjang, saya beli saja 2 tiket untuk perjalanan ke Sukoharjo
bersama adik saya dengan harga tiket sama, yakni Rp 4.000. Batal ke Wonogiri
tak masalah yang penting bisa merasakan naik railbus menyusuri Jalan Brigjen
Slamet Riyadi. Sebelumnya belum pernah sama sekali saya merasakan naik kereta
di bekas jalur trem ini.
Ruang Tunggu Stasiun Purwosari
Sebelum
berangkat, motret-motret sedikit dan ambil gambar railbus yang datang dari dipo
kereta di Stasiun Solo Balapan saat masuk ke Stasiun Purwosari. Tepat pukul
06.00 railbus berangkat dari Stasiun Purwosari. Setelah melintasi perlintasan
Jalan Hasanudin dan rel bengkong Purwosari, railbus berjalan dengan kecepatan
sekitar 15 km/jam menyusuri rel di sepanjang Jalan Brigjen Slamet Riyadi dan
Jalan Mayor Sunaryo hingga masuk ke kelurahan Sangkrah dan berhenti di Stasiun
Solo Kota (biasa juga disebut Stasiun Sangkrah). Pemandangan yang disuguhkan
cukup menarik dan tidak biasa, karena rel ini berada tepat di tepi jalan
protokol Kota Solo. Kita bisa melihat gedung-gedung perkantoran, pertokoan, dan
pusat perbelanjaan di sepanjang jalan, selain itu kita bisa melihat rindangnya
taman dan city walk di sepanjang jalan. Berhubung masih pagi dan libur sekolah, saat itu jalan-jalan masih tampak lengang.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Solo
Sampai di
Stasiun Solo Kota sudah banyak calon penumpang yang menunggu di peron jalur 2. Stasiun Solo Kota telah direnovasi untuk
menyambut kembali aktifnya jalur Solo-Wonogiri. Di sebelah selatan stasiun ini
kini telah dibangun tembok pembatas dengan pemukiman warga. Selain itu, jalur
kereta ditambah lagi menjadi 3 jalur seperti semula. Sebelumnya jalur kereta di
stasiun ini sempat berkurang menjadi 2 jalur saja. Selepas Stasiun Solo Kota petugas mulai melakukan pemeriksaan tiket,
sementara itu, railbus berjalan dengan lebih cepat sekitar 30 km/jam menyusuri
perkampungan padat penduduk di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi hingga
menyeberangi Sungai Bengawan Solo.
Stasiun Solo Kota
Sungai Bengawan
Solo pada titik itu merupakan batas antara Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Setelah
menyeberangi sungai, pemandangan pemukiman padat penduduk langsung berubah
menjadi hamparan sawah yang luas dan menghijau di kedua sisi rel. Sesekali railbus akan melewati pemukiman, tetapi pemandangan
hamparan sawah akan lebih dominan di sepanjang perjalanan hingga memasuki ibukota
Kabupaten Sukoharjo. Terlihat ada banyak rumah-rumah penduduk yang berada
sangat dekat dengan rel kereta api, selain mepet, banyak pula pintu depan rumah
yang menghadap ke arah rel. Mungkin hal ini menjadi salah satu sebab mengapa
railbus tidak dapat dipacu dengan kecepatan tinggi di jalur ini.
Hijaunya hamparan sawah di Kabupaten Sukoharjo
Pukul 06.55
railbus memasuki Stasiun Sukoharjo. Di sana sudah banyak calon penumpang yang
menunggu di peron jalur 2. Berhubung tiket saya hanya sampai Sukoharjo maka saya
pun turun di stasiun ini. Sebelum keluar, saya abadikan dulu momen berangkatnya
railbus dari Stasiun Sukoharjo dan sedikit ambil gambar stasiun ini. Stasiun
Sukoharjo hanya memiliki 2 jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus. Melihat
lokasinya,bila nantinya perjalanan kereta semakin banyak dan memerlukan lebih
banyak jalur, masih ada cukup ruang jika stasiun ini ingin ditambah menjadi 3
jalur. Namun, tetap harus menggusur
sebuah bangunan di sebelah utara stasiun yang dibangun sangat mepet di sebelah
timur jalur 2.
Stasiun Sukoharjo
Ketika sampai
di loket penjualan tiket, ternyata keberangkatan railbus ke Solo pukul 08.50 sudah habis. Gak mungkin juga saya
menunggu tiket perjalanan kedua pukul 13.05, mau ngapain juga lama-lama di
Sukoharjo. Tidak ada tempat wisata yang dekat dengan stasiun ini. Akhirnya saya
keluar stasiun untuk mencari bus. Ternyata Stasiun Sukoharjo terletak sangat
dekat dengan jalan protokol Kota Sukoharjo, tinggal jalan sedikit sudah sampai
di tepi jalan, tepatnya di antara Pasar Ir. Soekarno dan Proliman Sukoharjo. Dari
situ saya naik bus Wahyu Putro jurusan Sukoharjo-Kartasura dengan membayar Rp 6.000 per orang dan
berhenti tepat di depan Stasiun Purwosari.
Stasiun Sukoharjo
Lama perjalanan
menggunakan bus dari depan Pasar Ir. Soekarno sampai ke Stasiun Purwosari pagi
itu sekitar 45 menit. Dari situ saya baru berpikir, dulunya saya mengira
perjalanan dari Purwosari ke Wonogiri selama 1 jam 45 menit dan dari Solo ke
Sukoharjo selama 55 menit itu terlalu lama. Ini karena saya membandingkannya
dengan motor, ternyata bila menggunakan bus umum, beda waktu tempuhnya tidak
terlalu lama. Selain lebih murah, naik railbus juga lebih nyaman karena railbus
ber-AC sementara bus-bus yang ada tidak ber-AC. Pantas saja tiket railbus
selalu ludes terjual.
Melihat
besarnya animo masyarakat untuk naik railbus, semoga frekuensi perjalanan
kereta bisa ditambah. Mungkin pemerintah perlu menyediakan rangkaian baru
dengan kapasitas yang lebih besar. Selain itu, semoga hambatan di sepanjang rel
bisa segera diatasi, seperti pemukinam penduduk yang terlalu dekat, perlintasan
sebidang yang belum dilengkapi palang pintu, serta kualitas rel itu sendiri.
Jika itu semua dapat diselesaikan, mungkin perjalanan dari Solo ke Wonogiri maupun
sebaliknya bisa lebih cepat dibanding bus atau kendaraan pribadi sekalipun.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)