Jakarta…
sebagai ibukota negara dan pusat perekonomian Indonesia membutuhkan bandara
yang representatif dan memadai untuk melayani penumpang yang jumlahnya mencapai puluhan juta orang setiap tahunnya. Penerbangan dari dan ke Jakarta saat ini dilayani oleh
dua bandara, yakni Bandara
Soekarno-Hatta di Kota Tangerang dan Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta
Timur. Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk di Indonesia, baik
untuk penerbangan domestik maupun internasional. Bandara ini juga merupakan pintu
gerbang utama Indonesia dan menjadi hub bagi penerbangan domestik.
Sementara Bandara Halim Perdana Kusuma sebenarnya berstatus sebagai bandara
militer, tetapi untuk sementara waktu digunakan pula untuk melayani penerbangan
komersial demi mengurangi kepadatan di Bandara Soekarno-Hatta yang sudah
mengalami over capacity.
Seiring
dengan terus tumbuhnya jumlah penumpang, perlu dilakukan pengembangan bandara
untuk dapat mengimbanginya. Pada bulan November 2012, PT Angkasa Pura (AP) II
selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta mulai membangun Terminal 3 Ultimate
(fase akhir dari Terminal 3) dengan kapasitas 25 juta penumpang per tahun, Nantinya
terminal ini akan digabungkan dengan Terminal 3 eksisting yang ada di
sebelahnya. Beberapa pejabat negara mulai dari menteri hingga Dirut APII sebelumnya
sempat menggadang-gadang terminal ini akan mengalahkan Changi Airport di
Singapura. Bahkan sempat beredar dokumen tertulisnya lhoh. Wow… jadi penasaran
seperti apakah nantinya. Tentu saja ekspektasi masyarakat terhadap terminal
baru ini pun menjadi cukup tinggi. Mungkin inilah saatnya Indonesia memiliki
bandara yang setara dengan negara-negara tetangga.
Rendering Terminal 3 Ultimate
Sumber: sindonews.com
Tapi tunggu
sebentar… menurut saya pribadi, daripada “menembak pihak lain” lebih elegan
apabila kata-katanya diubah menjadi bahwa Terminal 3 ini akan menjadi yang
terbaik di tingkat regional, se-Asia Tenggara misalnya. Apabila mau dibilang
terbaik sedunia sepertinya masih mengawang-awang. Walaupun realitanya untuk
menjadi yang terbaik di Asia Tenggara pun sebenarnya juga masih
mengawang-awang, hehe… . Sebab bandara terbaik sedunia ya berada di Asia
Tenggara ini, yakni Changi Airport di Singapura. Namun, paling tidak
kata-kata tersebut tampak lebih elegan dan realistis. Coba bayangkan, ketika
sudah digembar-gemborkan bakal mengalahkan Changi, otomatis orang akan
membanding-bandingkannya dengan Changi, lalu kalo jadinya cuma mak plenyik
gimana? haha… bakal ditertawakan orang Singapore dong nantinya, hehe… .
Lalu
bagaimanakah hasil akhir dari Terminal yang dibangun dengan total biaya
keseluruhan mencapai 10 triliun rupiah ini? Sebelumnya mungkin kita perlu
mengingat-ingat, bahwa selama masa pembangunannya, foto-foto proyek terminal
ini memang sering beredar di media sosial. Sepanjang pembangunannya yang hampir
menelan waktu 4 tahun tersebut, banyak orang memantau perkembangan
pembangunannya. Sejumlah harapan, kritik, dan saran pun dilontarkan agar
terminal baru ini nantinya benar-benar memenuhi ekspektasi masyarakat. Ngalahin
Changi loh… catat dan imagine that. Tentu bayangannya sudah
tinggi-tinggi banget. Namun, semakin lama… semakin ke sini… kok apa yang
terwujud tampak kurang sesuai dengan apa yang dijanjikan. Hmm… mak plenyik
detected nih.
Rendering Terminal 3 Ultimate
Sumber: beritaduniaterbaru.com
Pada
bulan Ramadhan lalu pihak APII berencana untuk mulai membuka Terminal 3 ini
guna melayani arus mudik lebaran. Namun, Menteri Perhubungan saat itu, Ignasius
Jonan, tidak memberi izin
pengoperasiannya lantaran masih ada beberapa hal penting yang belum dipenuhi,
terkait aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan. Namun, beberapa pihak, bahkan
Menteri hingga anggota DPR turut mendesak agar terminal tersebut segera dibuka.
Alasannya perbaikan bisa dilakukan sembari jalan, terminal dapat dibuka secara
bertahap. Namun, Menhub tetap bersikukuh untuk tidak memberikan izin. Akhirnya
pembukaan terminal ini pun tertunda beberapa waktu sambil proyek masih terus
berjalan. Eh… masih terus berjalan? Iya… memang belum beneran kelar proyeknya.
Sebenarnya
apa sajakah catatan dari Pak Jonan yang membuat terminal ini belum boleh
dibuka? Sebenarnya cukup panjang lebar, tapi saya rangkum singkat saja sebagai
berikut. (dikutip dari detik.com)
1.
Kesiapan layanan dan
terminal
"Komentar saya pertama, kita maunya
mengoperasikan secara sepenggal-sepenggal atau tidak? Kalau saya, fasilitas
dasar harus terpenuhi. Laporan yang masuk ke saya tanggal 16 (Juni) akan
dievaluasi, kalau siap ya siap, kalau nggak ya kita tunggu setelah operasi
Lebaran selesai karena tidak boleh membuat risiko operasi Lebaran tidak berjalan
lancar. Itu dari segi layanan," jelas Menhub Jonan.
"Kalau dari segi terminal menurut saya
kurang lebih siap. Kurang lebih yang dasar harus dibereskan sampai selesai.
Kalau platform terminal, tidak boleh ada orang kerja. Kaya lift, eskalator itu harus
jalan. Layanan dengan pesawat udara, saya belum lihat mainframe yang
dipakai bagaimana, udah connect, udah trail dengan airline
yang mau dipakai," imbuhnya.
2.
Airside
"Airside begini ini kalo dari segi
keselamatan penerbangan ada 2. Satu itu runway, taxiway, apron
ini harus sekali lagi diperiksa dan disterilkan sebelum digunakan, supaya
paling kurang tidak ada benda-benda asing di sana. Kalau ada benda kecil aja di
runway, itu nggak boleh, bisa membahayakan take off dan landing.
Terkait Air Traffic Control (ATC) semestinya semua
pergerakan pesawat di apron bisa dipantau dari tower ATC, tetapi ternyata tidaak.
"Jadi pergerakan kendaraan, towing apalagi
pergerakan pesawat dan orang sekalipun sehingga ini tidak terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan. Contoh sederhana itu pesawat start engine itu
tergantung perintah dari ATC, kalu belum perintah belum nyala," papar dia.
Adapun
rekomendasi dari Kemenhub agar terminal ini bisa segera dibuka, seperti dikutip
dari kompas.com adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan peralatan Advanced
Surface Movement Guidance and Control System (ASMGCS) level II untuk
pelayanan aerodrome control tower pada maneuvering area (taxiway
dan runway). Peralatan ASMGCS mampu melakukan fungsi pengamatan,
prediksi, dan deteksi konflik lalu lintas pesawat udara serta kendaraan yang
beroperasi di maneuvering area, termasuk wilayah maneuvering dan
movement area yang tidak dapat terlihat secara kontak visual mata dari main
tower existing.
2. Penyediaan subtower
untuk pengaturan lalu lintas pesawat udara kendaraan di apron G T3 oleh unit Apron
Movement Control (AMC).
3. APII dan AirNav
Indonesia diminta menyediakan personel yang kompeten, yaitu personel AMC,
pemandu lalu lintas, dan personel teknik telekomunikasi penerbangan.
4. Penyediaan Standard Operating
Procedure (SOP), diantaranya yaitu prosedur untuk identifikasi lalu lintas
pesawat udara dan kendaraan di atau dekat maneuvering area dengan
menggunakan peralatan ASMGCS. Selain itu diperlukan juga prosedur koordinasi
antara unit main tower existing dengan unit subtower terkait pengaturan lalu
lintas pesawat udara dan kendaraan di maneuvering area dan apron.
5. Penyediaan marka dan
rambu pada centerline runway dan taxiway sesuai ketentuan yang
berlaku.
Bagian Dalam Terminal 3 Ultimate
Sumber: detik.com
Sekitar
satu bulan kemudian, tepatnya pada 27 Juli 2016, Presiden Jokowi melakukan reshuffle
kabinet. Salah satu menteri yang diganti adalah Menteri Perhubungan dan yang
menggantikannya, wow wow wow…!! Agak was-was
saya mendengarnya, terutama terkait dengan Terminal 3 ini. Bukan bermaksud apa-apa, tapi beliau kan sebelumnya adalah Dirut APII, jadi dari sebelumnya pengelola langsung menjadi regulator. Dan benar saja, 2
hari menjabat, Menhub baru menyatakan Terminal 3 sudah layak dibuka dan bisa
mulai beroperasi pada 9 Agustus 2016. Menurutnya, kesiapan terkait keselamatan,
keamanan, dan pelayanan seluruhnya telah dipenuhi.
Akhirnya,
pada hari Selasa, 9 Agustus 2016 Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta
resmi beroperasi dengan dipindahkannya pelayanan rute domestik maskapai Garuda
Indonesia dari Terminal 2F ke terminal ini. Jika sebelumnya kritik-kritik yang
datang hanyalah dari orang-orang yang sekedar menjadi pengamat. Maka setelah
beroperasi mulailah kritik dan curhatan dari para pengguna berdatangan. Kritik
dari para pengguna yang secara langsung datang ke lokasi tentu lebih mendekati
kenyataan daripada kritik dari para pengamat yang sekedar baru melihat foto
atau videonya saja. Lalu, apa sajakah
kritikan dari mereka? Apakah kritik dari para pengamat sama dengan kritik dari
para pengguna? Tunggu di postingan selanjutnya. :D
Posting Komentar
Monggo bagi yang mau berkomentar, silakan mengisi kotak di bawah ini :)